Bersenda gurau dan bercanda adalah hal yang lumrah dalam kehidupan
sehari-hari. Bersenda gurau juga menjadi bumbu dalam pergaulan di
tengah-tengah masyarakat. Baik dalam kegiatan formal terlebih lagi dalam
dialog atau obrolan santai. Hal tersebut diperlukan untuk menghilangkan
kejenuhan dan menciptakan keakraban, namun tentunya bila disajikan
dengan bagus sesuai porsinya dan melihat kondisi yang ada. sebaliknya
apabila hal itu sudah dijadikan adat kebiasaan dan tidak diletakkan pada
tempatnya maka hal ini akan menjadikan sebuah perkara tidak elok dan
juga indah dipandang.
Terlebih lagi hal ini apabila diletakkan
didalam pembicaraan, dialog-dialog, serta penyampaian yang berkaitan
dengan agama. Mengingat bayaknya kejadian yang terjadi tdengan
mengatasnamakan sebuah ceramah agama atau pengajian, seseorang tidak
canggung lagi untuk menyampaikan sebuah materi agama yang didalamnya
terkadang disebutkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi kemudian
tanpa memiliki rasa malu mereka menjadikan ayat dan hadits tersebut
sebagai bahan senda gurau dan candaan.
Agama Islam adalah agama
yang sempurna dan telah dicukupkan segala sesuatunya. Bahkan termasuk
dalam etika berbicara dan bagaimana seorang muslim dalam berucap atau
mengatakan sebuah perkara. Bahkan dalam sebuah hadits yang shahih
Rasulullah menyandingkan antara ucapan dan juga keimanan,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. [HR al-Bukhâri dan Muslim]
Hadits
tersebut mengajarkan kepada kita bahwa ucapan lisan termasuk dalam
perkara iman. Perbuatan-perbuatan iman terkadang terkait dengan hak-hak
Allah, seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan
berbagai hal yang diharamkan. Dan termasuk didalamnya adalah perkara
yang diperintahkan kepada seorang mukmin, salah satunya dengan
mengucapkan perkataan yang baik atau jikalau tidak mampu hendaklah ia
berdiam diri atau menahan diri dari perkataan-perkataan yang jelek lagi
buruk.
Jelaslah sudah bahwa menahan diri dari berucap dan berkata
sembrono, asal-asalan adalah sebuah kemestian atau kewajiban dari
setiap muslim. Ini mengandung makna bahwa setiap muslim apalagi ia
adalah seorang yang mengerti tentang agama Islam dilarang mengucapkan
sebuah statemen atau ucapan yang melecehkan agama.
Terlebih lagi
disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri sebuah riwayat dari sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah mengingatkan dalam
sabdanya:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ
رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ،
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لَا
يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.
“Sesungguhnya
seseorang mengatakan satu kalimat yang diridhai Allah dan ia tidak
menaruh perhatian terhadapnya, melainkan Allah akan mengangkatnya
beberapa derajat. Sesungguhnya seorang hamba mengatakan kalimat yang
dimurkai Allah dan ia tidak menaruh perhatian terhadapnya melainkan ia
terjerumus dengan sebab kalimat itu ke Jahannam.” [HR. al-Bukhâri dan
al-Baihaqi]
Menahan Diri dalam Bercanda
Rasulullah adalah
orang yang amat santun dalam segala hal. Termasuk di dalamnya adalah
ketika beliau bercanda. Maka sebagai umatnya tentunya kita harus
mencontoh bahkan wajib hukumnya. Lalu bagaimana rambu-rambu di dalam
bercanda di dalam tingkah laku Rasulullah. Dari beberapa riwayat
disimpulkan bahwa rambu-rambu dalam bercanda ada 3 [tiga] perkara:
Rasulullah
dalam bercanda tidak pernah berdusta dan juga mengada-ada. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : “Orang-orang
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau juga mengajak kami
bercanda?’. Beliau menjawab:
إِنِّي لا أَقُولُ إِلّا حَقّاً
“[Ya, tapi] tidaklah aku hanya mengatakan sesuatu kecuali kebenaran [tanpa berdusta]“. [HR. At-Tirmidzi]
Rasulullah
memberikan guidence [arahan] dalam bercanda bahwa hal tersebut
dilakukan dengan tujuan pendidik [tarbiyah] baik terhadap wanita,
anak-anak, dan kalangan tertentu yang lemah yang butuh bimbingan.
Sebagaimana beliau mencandai seorang anak yang bersedih, adik dari
sahabat Anas bin Malik, yang bernama Abu Umair yang bersedih akan
kematian burungnya beliau mengatakan kepadanya, ‘Wahai Abu Umair, apa
yang dilakukan oleh an-Nughair?’” [HR. al-Bukhari no. 6129]
Rasulullah
bercanda, namun beliau tidak menjadikan canda sebagai sesuatu yang
utama, melainkan hanya sesekali dalam perbicangan. Jadi bukan sebagai
tujuan utama di dalam pembicaraan. Maka memaksakan diri untuk senantiasa
bercanda bukanlah hal yang dicontohkan Rasulullah, terlebih lagi hal
tersebut menyebabkan kita harus berdusta. Bukanlah Rasulullah
mengajarkan kepada kita dalam sabdanya,
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ، لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ
“Neraka
Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu [membuat
orang tertawa]; neraka Wail baginya, neraka Wail baginya.“ [HR. Abu
Dawud]
Yang lebih penting lagi adalah tidak menjadikan agama
sebagai bahan candaan dan gurauan. Sekecil apapun perkara agama, maka
itu bukanlah sebuah pembicaraan yang patut untuk dijadikan bahan candaan
dan gurauan.
Memperolok Sunnah Nabi
Terlebih
lagi bahwa yang dijadikan sindiran, gurauan dan juga bahan perolokan
tersebut adalah hal-hal yang berkaitan dengan Sunnah Nabi. Maka ingatlah
bahwa hal ini pernah terjadi dizaman Rasulullah ketika orang-orang
munafiq itu menghina sahabat-sahabat Rasulullah, maka Allah menjawab
hinaan orang-orang munafiq yang berbalut canda dan senda gurau tersebut
dalam firmanNya,
﴿وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ
إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ * لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم
بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ﴾
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
[tentang apa yang mereka lakukan itu], tentu mereka akan menjawab:
"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”.
Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu
berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman…” [QS. At Taubah : 65-66].
Wahai saudaraku, tahukan
anda bagaimana sebab turunnya ayat ini? Sebagaimana yang diriwayatkan
dari lbnu Umar, Muhammad bin Ka'ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah secara
ringkas. Ketika dalam peristiwa perang Tabuk ada orang-orang yang
berkata "Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca Al Qur`an ini,
orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih
pengecut dalam peperangan". Maksudnya, menunjuk kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat yang ahli baca Al Qur`an.
Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: “Omong kosong yang kamu
katakan. Bahkan kamu adalah munafik. Niscaya akan aku beritahukan kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam”. Lalu pergilah Auf kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memberitahukan hal
tersebut kepada Beliau.
Lalu bagaimanakah dengan seseorang
yang memperolok-olokkan agama ini dengan candan dan gurauan mereka?
Tentu saja hal ini tidak bisa dipandang sebagai sebuah lelucon dan
candaan belaka. Karena Allah dan Rasulnya bukanlah sebuah candaan.
Demikian pula akan syariat agama ini dan Sunnah NabiNya. Maka semua itu
bukanlah barang gurauan dan candaan yang bisa kita jadikan obrolan
santai dan juga guyonan [baca: candaan] demi membuat para pendengar yang
mendengarkan obrolan tadi atau pembicaraan tersebut tertawa
terkekeh-kekeh.
Maka ingatlah bahwa hal ini pernah diperbuat
orang-orang kepada Nabi mereka sebelum kedatangan Nabi Muhammad dan apa
yang disebutkan oleh Allah akan mereka,
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
"Dan
sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka
turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan
[`adzab] olok-olokan mereka." [QS. Al An'am: 10]
Dan juga
ketika Allah memaparkan akan kondisi orang-orang yang mempermainkan
ayat-ayat Allah, dan ingatlah bahwa termasuk di dalamnya memperolok-olok
akan perintahNya dan juga laranganNya,
وَيْلٌ لِكُلِّ
أَفَّاكٍ أَثِيمٍ * يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ
يُصِرُّ مُسْتَكْبِراً كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ * وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئاً اتَّخَذَهَا هُزُواً
أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
"Kecelakaan besar bagi
tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar
ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan
diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia
dengan adzab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit
tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok.
Merekalah yang memperoleh adzab yang menghinakan." [QS. Al Jaatsiyah:
7-9]
Dan untuk lebih menjadikan diri kita menjadi waspada dan
berhati-hati kami nukilkan dari berbagai sumber yang terpercaya akan
kisah-kisah orang yang memperolok-olok agama Allah dan terlebih lagi
Sunnah Rasulullah. Apa yang Allah jadikan bagi mereka adzab didunia ini
sebelum balasan yang menghinakan [sebagaimana QS. Al-Jatsiyah : 7-9
diatas]
Kisah-Kisah Tragis Orang yang Memperolok Sunnah Nabi
Kisah [1]
Pernahkah anda mendengar sabdanya,
أَمَا
يَخْشَى أَحَدُكُمْ أَوْ لَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ
قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ أَوْ
يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ
“Tidakkah salah
seorang dari kalian merasa takut, atau apakah salah seorang dari kalian
tidak takut apabila ia mengangkat kepalanya sebelum imam [mengangkat
kepalanya], Alloh akan menjadikan kepalanya menjadi kepala keledai, atau
menjadikan rupanya menjadi rupa keledai,.?!.” [HR. Bukhari, Thabrani,
dan Ad Darimi]
Maka jangan pernah anda mengira bahwa hadits
diatas adalah kisah dari negeri antah berantah, dan tidak pernah akan
terjadi. Diceritakan dalam Fathul Mulahhab Syarah Shahih Muslim bahwa
dahulu ada seorang pengajar hadits nabi yang mengajarkan hadits namun ia
jadikan antara dirinya dan muridnya tabir yang menghalangi muridnya
melihat wajahnya. Namun ketika murid tersebut telah lama belajar
darinya, maka sang guru menyingkap wajahnya dan ternyata wajahnya adalah
wajah seekor keledai, dan ia menjelaskan kepada para muridnya bahwa
dahulu ia belajar akan hadits diatas namun aku mendustakan dan
melecehkan hadits tersebut sehingga aku terjerumus dalam mendahului imam
sehingga Allah merubah wajahku menjadi wajah seekor keledai.
Kisah [2]
Pernahkah anda mendengar sabdanya,
إِذَا
اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ؛ فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ فِي
الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا؛ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِي
أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
“Bila salah seorang diantara kalian
bangun dari tidurnya, janganlah ia mencelupkan tangannya ke dalam
bejana, sebelum ia mencucinya, karena ia tidak tahu di mana posisi
tangannya ketika ia tidur.” [Muttafaq ‘alaih, al-Bukhari 162, dan Muslim
278]
Seorang ahli Bid’ah -dengan nada memperolok-olok hadits
tersebut diatas- lantas ia berucap, ”Aku tahu di mana posisi tanganku
ketika tidur, ia [tanganku] berada di ranjang!” sungguh ucapan
kesombongan dan kecongkaan dari seseorang yang mengira bahwa dirinya
berkuasa atas segalanya. Lalu bagaimana Allah menunjukkan kuasaNya, maka
keesokan harinya [ketika ia bangun tidur] ternyata ia telah memasukkan
tangannya hingga siku ke dalam duburnya.
Kisah [3]
Pernahkah anda mendengar sabdanya akan keutamaan siwak, diantaranya
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ للرَّبِّ
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” [HR. Ahmad]
Telah
sampai kepada kami bahwasanya seorang laki-laki yang dipanggil dengan
Abu Salamah dari daerah Bushra, dia suka bercanda dan berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu, dan ketika disebutkan disisinya tentang
siwak dan keutamaannya, maka dia berkata: “Demi Allah, aku tidak akan
bersiwak kecuali di dubur, kemudian dia mengambil sebatang siwak dan
memasukkannya keduburnya kemudian dikeluarkan kembali. Setelah melakukan
perbuatan tersebut, ia tinggal selama sembilan bulan dalam keadaan
mengeluh sakit perut dan dubur. Lalu ia melahirkan anak seperti tikus
yang pendek dan besar, memiliki empat kaki, kepalanya seperti kepala
ikan, memiliki empat taring yang menonjol, panjang ekornya satu jengkal
empat jari dan duburnya seperti dubur kelinci. Ketika lelaki itu
melahirkannya, hewan tersebut menjerit tiga kali, maka bangkitlah
putrinya laki-laki tadi dan memecahkan kepalanya sehingga matilah hewan
tersebut. Laki-laki itu hidup setelah melahirkan selama dua hari, dan
meninggal pada hari yang ketiga. Dan ia sebelum meninggal berkata “Hewan
itu telah membunuhku dan merobek-robek ususku.” Sungguh kejadian
tersebut telah disaksikan oleh sekelompok penduduk daerah tersebut dan
para khotib tempat tersebut. diantara mereka ada yang menyaksikan hewan
itu ketika masih hidup dan ada pula yang menyaksikan ketika hewan itu
sudah mati. Dan kejadin ini terjadi pada tahun 665 Hijriyah”
Itu
hanyalah sebagian kecil dari berbagai kisah tragis dan menghinakan
siapa saja yang menghinakan dan memperolok-olok hadits serta sunnah
Nabi. Maka ini adalah peringatan bagi setiap muslim dan muslimah akan
agungnya sunnah Nabi, maka jangan sekali-kali kita berfikir untuk
melecehkannya.
Ceritera Kehidupan Yang Terkesan : Menjadi Pedoman, Panduan, Iktibar Dan Pengajaran..
Manusia memiliki sifat nasiyyah atau lupa dan ghaflah iaitu lalai menyebabkan kelemahan terjadi. Sebab itu manusia perlukan peringatan supaya kelupaan dan kelalaian tidak menyebabkan kemungkaran berlaku. Dukungan hawa nafsu yang tidak terdidik, terbimbing, menyebabkan dosa terjadi. Justeru manusia perlukan pedoman supaya tidak berlaku keterlanjuran yang mana boleh menbawa kepada kerosakan dan bencana..


Monday, 3 July 2017
Monday, 26 June 2017
Wasiat Nabi Muhammad S.A.W. kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda: " Sebaik-baiknya manusia disisi Allah S.W.T. adalah yang paling memberi manfaat di antara mereka kepada manusia, dan orang yang paling buruk di sisi Allah S.W.T. orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya. Dan sebaik-baik manusia itu orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya ".
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
Wahai Ali, orang yang celaka itu ada tiga tanda :
Memakan makanan yang haram
Menjauhi orang 'alim
Shalatnya untuk sendiri
Wahai Ali, orang yang berbuat dosa itu ada tiga tanda :
Suka membuat kerusakan ( suka mengacau )
Menyusahkan hamba-hamba Allah
Menjauhi petunjuk.
Wahai Ali, orang zholim itu ada tiga tanda :
Dia tidak memperdulikan sesuatu yang dia makan
Mengerasi orang yang berhutang kepadanya
Bertindak keras kepada orang berhutang apabila dia mendapatkannya .
Wahai Ali, orang munafik itu ada tiga tanda :
Jika berkata dia dusta
Apabila janji dia menyalahi janjinya
Apabila di amanatkan dia berkhianat. Dan tidak berguna kepadanya nasehat .
Wahai Ali, bagi orang mu'min ada tiga tanda :
Bersegera dalam taat kepada Allah
Menjauhkan segala yang diharamkan
Berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk kepadanya .
Wahai Ali,
Barangsiapa makan barang yang halal, jernilah agamanya, lembut hatinya dan terbuka do'anya
Barangsiapa makan barang yang subhat, keruh agamanya dan gelap hatinya.
Barangsiapa makan barang yang haram matilah hatinya. menipis agamanya, lemah keyakinannya, Allah tutup do'anya dan akan mengurang ibadahnya.
Wahai Ali,
Senantiasa orang yang beriman itu tambah meningkat dalam agamanya selama ia tidak makan barang yang haram, Dan Barangsiapa yang menjauhkan diri dari Ulama, maka akan mati hatinya ( padam cahaya hatinya ), dan akan buta ia terhadap perkara-perkara ibadah kepada Allah S.W.T.
Wahai Ali,
Jauhilah olehmu kemaharan,karena sesungguhnya kemaharan itu dari Syaithan, dan dia akan menguasai dirimu ketika engkau dalam keadaan marah itu.
Jauhilah olehmu dari sumpahan orang yang teraniaya, karena sesungguhnya Allah S.W.T. akan mengabulkan sumpah itu, sekalipun dia orang kafir, karena kekafiran itu akan tetap pada dirinya.
Wahai Ali,
Jangan engkau banyak bergurau, karena hal itu akan menghilangkan kewibawaanmu.
Jangan engkau suka berbohong, karena hal itu akan menghilangkan cahayamu.
Jauhilah olehmu dua sifat, yaitu kejemuan dan kemalasan, karena jika engkau jemu, engkau tidak akan sabar dalam menegakkan kebenaran yang haq dan jika engkau malas, maka engkau tidak akan dapat melaksanakan kewajiban kamu yang haq
Wahai Ali, manfaatkanlah empat perkara, sebelum datang empat perkara, yaitu :
Manfaatkanlah masa mudamu sebelum engkau menjadi tua
Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum engkau jatuh sakit
Manfaatkanlah masa jayamu sebelum engkau miskin
Manfaatkanlah masa hidupmu sebelum engkau datang ajalmu .
Wahai Ali, ada tiga perkara termasuk budi pekerti mulia, dari dunia sampai akhirat, yaitu :
Memaafkan orang yang menzholimimu
Menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya
Menguasai amarah terhadap orang yang berbuat kejahilan padamu .
Wahai Ali, ada tujuh perkara, barangsiapa yang memilikinya maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan hakikat keimanannya. Dan Pintu-pintu syurga akan terbuka baginya. Tujuh perkara itu ialah :
Sempurna wudlu'nya
Sempurna shalatnya
Meng-infaqkan zakat hartanya
Pandai mengekang hawa nafsu amarahnya
Pandai menjaga lidahnya
Selalu memohon ampun atas dosa-dosanya
Pandai memberi nasehat dan membimbing ahli keluarganya .
Wahai Ali, empat perkara yang barangsiapa memilikinya, Allah akan sediakan baginya bangunan yang khusus di Syurga, yaitu :
Melindungi anak yatim
Menasehati orang dhaif
Melindungi serta menyayangi kedua orang tua
Lemah lembut kepada pembantu-pembantunya..
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
Wahai Ali, orang yang celaka itu ada tiga tanda :
Memakan makanan yang haram
Menjauhi orang 'alim
Shalatnya untuk sendiri
Wahai Ali, orang yang berbuat dosa itu ada tiga tanda :
Suka membuat kerusakan ( suka mengacau )
Menyusahkan hamba-hamba Allah
Menjauhi petunjuk.
Wahai Ali, orang zholim itu ada tiga tanda :
Dia tidak memperdulikan sesuatu yang dia makan
Mengerasi orang yang berhutang kepadanya
Bertindak keras kepada orang berhutang apabila dia mendapatkannya .
Wahai Ali, orang munafik itu ada tiga tanda :
Jika berkata dia dusta
Apabila janji dia menyalahi janjinya
Apabila di amanatkan dia berkhianat. Dan tidak berguna kepadanya nasehat .
Wahai Ali, bagi orang mu'min ada tiga tanda :
Bersegera dalam taat kepada Allah
Menjauhkan segala yang diharamkan
Berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk kepadanya .
Wahai Ali,
Barangsiapa makan barang yang halal, jernilah agamanya, lembut hatinya dan terbuka do'anya
Barangsiapa makan barang yang subhat, keruh agamanya dan gelap hatinya.
Barangsiapa makan barang yang haram matilah hatinya. menipis agamanya, lemah keyakinannya, Allah tutup do'anya dan akan mengurang ibadahnya.
Wahai Ali,
Senantiasa orang yang beriman itu tambah meningkat dalam agamanya selama ia tidak makan barang yang haram, Dan Barangsiapa yang menjauhkan diri dari Ulama, maka akan mati hatinya ( padam cahaya hatinya ), dan akan buta ia terhadap perkara-perkara ibadah kepada Allah S.W.T.
Wahai Ali,
Jauhilah olehmu kemaharan,karena sesungguhnya kemaharan itu dari Syaithan, dan dia akan menguasai dirimu ketika engkau dalam keadaan marah itu.
Jauhilah olehmu dari sumpahan orang yang teraniaya, karena sesungguhnya Allah S.W.T. akan mengabulkan sumpah itu, sekalipun dia orang kafir, karena kekafiran itu akan tetap pada dirinya.
Wahai Ali,
Jangan engkau banyak bergurau, karena hal itu akan menghilangkan kewibawaanmu.
Jangan engkau suka berbohong, karena hal itu akan menghilangkan cahayamu.
Jauhilah olehmu dua sifat, yaitu kejemuan dan kemalasan, karena jika engkau jemu, engkau tidak akan sabar dalam menegakkan kebenaran yang haq dan jika engkau malas, maka engkau tidak akan dapat melaksanakan kewajiban kamu yang haq
Wahai Ali, manfaatkanlah empat perkara, sebelum datang empat perkara, yaitu :
Manfaatkanlah masa mudamu sebelum engkau menjadi tua
Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum engkau jatuh sakit
Manfaatkanlah masa jayamu sebelum engkau miskin
Manfaatkanlah masa hidupmu sebelum engkau datang ajalmu .
Wahai Ali, ada tiga perkara termasuk budi pekerti mulia, dari dunia sampai akhirat, yaitu :
Memaafkan orang yang menzholimimu
Menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya
Menguasai amarah terhadap orang yang berbuat kejahilan padamu .
Wahai Ali, ada tujuh perkara, barangsiapa yang memilikinya maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan hakikat keimanannya. Dan Pintu-pintu syurga akan terbuka baginya. Tujuh perkara itu ialah :
Sempurna wudlu'nya
Sempurna shalatnya
Meng-infaqkan zakat hartanya
Pandai mengekang hawa nafsu amarahnya
Pandai menjaga lidahnya
Selalu memohon ampun atas dosa-dosanya
Pandai memberi nasehat dan membimbing ahli keluarganya .
Wahai Ali, empat perkara yang barangsiapa memilikinya, Allah akan sediakan baginya bangunan yang khusus di Syurga, yaitu :
Melindungi anak yatim
Menasehati orang dhaif
Melindungi serta menyayangi kedua orang tua
Lemah lembut kepada pembantu-pembantunya..
Wasiat Saidina Ali Sebelum Kematian Akibat Dibunuh
Pemuda dan Pemudi Ku. Kita telah keluar dari bulan Ramadhan, bulan yang penuh kebajikan... semoga kita dapat menyegerakan meneruskan kebajikan berpuasa 6 hari di bulan Syawal ini dengan segera dan berturut-turut seperti yang dianjurkan oleh Imam Syafie dan Imam Abu Hanifah.
Ku hidangkan kepada sekelian pemuda dan pemudi ku sebuah wasiat yang di sampaikan oleh Saidina Ali KaramalLah Wajhah kepada anak-anaknya dan sekelian muslimin.Semoga ia menjadi penawar yang mujarab terutama untuk diriku sendiri dan kepada sekelian pemuda dan pemudi ku, hayatilah wasiat tersebut:-
"Daku wasiatkan kepada anda berdua wahai anakku! Para keluargaku dan kepada siapa sahaja yang mendengar wasiatku ini. Sentiasalah kamu bertakwa kepada Allah, hendaklah kamu semua mengatur sebaik-baiknya urusan kehidupan kamu semua. Aku telah mendengar dari Rasulullah saw bersabda, "Memperbaiki dan menjaga baik hubungan persaudaraan antara sesama kaum muslimin lebih baik daripada bersembahyang dan berpuasa sunat. Ketahuilah bahawa pertengkaran itu boleh merosakkan agama. Ingatlah! Tiada kekuatan selain diperkenankan oleh Allah. Perhatikanlah keadaan keluarga anda semua dan eratkanlah hubungan dengan mereka. Kelak Allah akan melimpahkan kemudahan kepada anda semua di hari pembalasan.
"Allah... Allah! Perhatikanlah anak-anak yatim. Jangan mereka sampai kelaparan dan janganlah sampai kehilangan hak. Daku mendengar sendiri Rasulullah saw sendiri berpesan; "Sesiapa yang mengasuh anak yatim sehingga ia mendapat apa yang diperlukan, orang itu akan dikurniakan syurga oleh Allah. Manakala nerakalah orang yang memakan harta anak yatim."
"Allah... Allah! Perhatikanlah Al-Quran. Jangan sampai anda semua tidak mengamalkannya"
"Allah... Allah! Perhatikanlah jiran tetangga anda semua, sebab mereka itu adalah wasiat Nabi"
"Allah... Allah! Perhatikanlah rumah Allah Masjidil Haram. Jangan anda semua tinggalkannya ketika anda masih hidup. Kerana jika anda tinggalkan, anda tidak akan dipandang orang. Sesiapa yang sering menghampirinya Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu."
"Allah... Allah! Peliharalah solat sebaik mungkin, sebab solat itu amalan perbuatan yang paling mulia dan merupakan tiang agama."
"Allah... Allah! Tunaikanlah zakat sebagaimana semestinya. Sebab itu akan menghilangkan kemurkaan Allah."
"Allah... Allah! Laksanakanlah Puasa di bulan Ramadhan. Sebab puasa itu adalah penutup jalan ke neraka."
"Allah... Allah! Berjuanglah dijalan Allah dengan harta dan jiwa anda semua. Hanya terdapat dua jenis sahaja orang yang berjuang di jalan Allah. Iaitu seorang pemimpin yang memberikan bimbingan menuju Allah dan orang yang patuh kepada pemimpin itu serta mengikuti kebenaran pimpinannya."
"Allah... Allah! Jagalah sebaik mungkin keturunan nabi. Jangan sampai mereka diiniaya orang dihadapan mata anda semua, jagalah sebaik mungkin sahabat nabi yang soleh."
"Allah... Allah! Perhatikanlah para fakir miskin. Biarlah mereka bersama dalam kehidupan anda."
"Allah... Allah! Jagalah sebaik mungin wanita dan hamba sahaya. Sebab Rasulullah saw mewasiatkan supaya anda semua mengambil berat terhadap dua golongan yang lemah ini."
"Dalam menjalankan kewajipan terhadap Allah, janganlah anda merasa takut dicela orang lain. Allah akan melindungi dan menyelamatkan anda semua dari mereka yang ingin membuat jahat kepada terhadap anda."
"Berkatalah sebaik mungkin sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. Janganlah lalai untuk melaksanakan amal ma'aruf dan nahi mungkar agar Allah tidak melimpahkan kekuasaan kepada orang jahat. Sebab dalam keadaan seperti itu doa anda semua tidak akan diperkenankan."
"Hendaklah anda semua saling berhubung erat, saling tolong menolong dan saling kasih mengasihi. Jangalah anda memutus hubungan, saling berpecah atau bercerai berai. Hendaklah anda semua saling bantu membantu dalam kebajikan dan takwa. Janganlah sekali-kali anda semua saling bantu-membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan."
"Bertaqwalah kepada Allah, kerana siksaan Allah itu amat pedih sekali. Semoga Allah sentiasa menjaga dan memelihara anda wahai keluargaku! Daku mengucapkan selamat tinggal sebaik-baiknya kepada anda semua dan ucapkan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....!
"Kemudian Saidina Ali menoleh kepada kedua anak kesayangannya, Saidina Husin dan Hasan seraya berkata:"Wahai anakku! Perhatikanlah sebaik-baik 4 perkara yang ingin aku sampaikan. Selagi anda berpegang teguh kepada 4 perkara tersebut, apa pun yang anda lakukan tidak akan mendatangkan kemudaratan""Sesungguhnya kekayaan yang paling tinggi nilainya ialah akal fikiran. Kemelaratan yang paling berat ialah kebodohan. Kesepian yang paling menakutkan ialah bangga diri. Keturunan yang paling mulia ialah budi pekerti yang luhur."
"Wahai anakku berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang yang kedekut. Sebab dia akan menjauhkan anda dari sesuatu yang anda perlukan. Berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang derhaka. Sebab ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah. Berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang yang pembohong. Sebab ia ibarat fatamorgana, yang jauh didekatkan dan yang dekat dijauhkan darimu....
"Pemuda dan pemudiku semoga wasiat tersebut akan menjadi pedoman kepada kita semua dalam meneruskan kehidupan yang masih berbaki setelah meninggalkan Ramadhan yang penuh kenangan manis, semoga kita diberi kesempatan untuk bertemunya sekali lagi pada tahun hadapan, Insya Allah..... Ameen.
Ku hidangkan kepada sekelian pemuda dan pemudi ku sebuah wasiat yang di sampaikan oleh Saidina Ali KaramalLah Wajhah kepada anak-anaknya dan sekelian muslimin.Semoga ia menjadi penawar yang mujarab terutama untuk diriku sendiri dan kepada sekelian pemuda dan pemudi ku, hayatilah wasiat tersebut:-
"Daku wasiatkan kepada anda berdua wahai anakku! Para keluargaku dan kepada siapa sahaja yang mendengar wasiatku ini. Sentiasalah kamu bertakwa kepada Allah, hendaklah kamu semua mengatur sebaik-baiknya urusan kehidupan kamu semua. Aku telah mendengar dari Rasulullah saw bersabda, "Memperbaiki dan menjaga baik hubungan persaudaraan antara sesama kaum muslimin lebih baik daripada bersembahyang dan berpuasa sunat. Ketahuilah bahawa pertengkaran itu boleh merosakkan agama. Ingatlah! Tiada kekuatan selain diperkenankan oleh Allah. Perhatikanlah keadaan keluarga anda semua dan eratkanlah hubungan dengan mereka. Kelak Allah akan melimpahkan kemudahan kepada anda semua di hari pembalasan.
"Allah... Allah! Perhatikanlah anak-anak yatim. Jangan mereka sampai kelaparan dan janganlah sampai kehilangan hak. Daku mendengar sendiri Rasulullah saw sendiri berpesan; "Sesiapa yang mengasuh anak yatim sehingga ia mendapat apa yang diperlukan, orang itu akan dikurniakan syurga oleh Allah. Manakala nerakalah orang yang memakan harta anak yatim."
"Allah... Allah! Perhatikanlah Al-Quran. Jangan sampai anda semua tidak mengamalkannya"
"Allah... Allah! Perhatikanlah jiran tetangga anda semua, sebab mereka itu adalah wasiat Nabi"
"Allah... Allah! Perhatikanlah rumah Allah Masjidil Haram. Jangan anda semua tinggalkannya ketika anda masih hidup. Kerana jika anda tinggalkan, anda tidak akan dipandang orang. Sesiapa yang sering menghampirinya Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu."
"Allah... Allah! Peliharalah solat sebaik mungkin, sebab solat itu amalan perbuatan yang paling mulia dan merupakan tiang agama."
"Allah... Allah! Tunaikanlah zakat sebagaimana semestinya. Sebab itu akan menghilangkan kemurkaan Allah."
"Allah... Allah! Laksanakanlah Puasa di bulan Ramadhan. Sebab puasa itu adalah penutup jalan ke neraka."
"Allah... Allah! Berjuanglah dijalan Allah dengan harta dan jiwa anda semua. Hanya terdapat dua jenis sahaja orang yang berjuang di jalan Allah. Iaitu seorang pemimpin yang memberikan bimbingan menuju Allah dan orang yang patuh kepada pemimpin itu serta mengikuti kebenaran pimpinannya."
"Allah... Allah! Jagalah sebaik mungkin keturunan nabi. Jangan sampai mereka diiniaya orang dihadapan mata anda semua, jagalah sebaik mungkin sahabat nabi yang soleh."
"Allah... Allah! Perhatikanlah para fakir miskin. Biarlah mereka bersama dalam kehidupan anda."
"Allah... Allah! Jagalah sebaik mungin wanita dan hamba sahaya. Sebab Rasulullah saw mewasiatkan supaya anda semua mengambil berat terhadap dua golongan yang lemah ini."
"Dalam menjalankan kewajipan terhadap Allah, janganlah anda merasa takut dicela orang lain. Allah akan melindungi dan menyelamatkan anda semua dari mereka yang ingin membuat jahat kepada terhadap anda."
"Berkatalah sebaik mungkin sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. Janganlah lalai untuk melaksanakan amal ma'aruf dan nahi mungkar agar Allah tidak melimpahkan kekuasaan kepada orang jahat. Sebab dalam keadaan seperti itu doa anda semua tidak akan diperkenankan."
"Hendaklah anda semua saling berhubung erat, saling tolong menolong dan saling kasih mengasihi. Jangalah anda memutus hubungan, saling berpecah atau bercerai berai. Hendaklah anda semua saling bantu membantu dalam kebajikan dan takwa. Janganlah sekali-kali anda semua saling bantu-membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan."
"Bertaqwalah kepada Allah, kerana siksaan Allah itu amat pedih sekali. Semoga Allah sentiasa menjaga dan memelihara anda wahai keluargaku! Daku mengucapkan selamat tinggal sebaik-baiknya kepada anda semua dan ucapkan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....!
"Kemudian Saidina Ali menoleh kepada kedua anak kesayangannya, Saidina Husin dan Hasan seraya berkata:"Wahai anakku! Perhatikanlah sebaik-baik 4 perkara yang ingin aku sampaikan. Selagi anda berpegang teguh kepada 4 perkara tersebut, apa pun yang anda lakukan tidak akan mendatangkan kemudaratan""Sesungguhnya kekayaan yang paling tinggi nilainya ialah akal fikiran. Kemelaratan yang paling berat ialah kebodohan. Kesepian yang paling menakutkan ialah bangga diri. Keturunan yang paling mulia ialah budi pekerti yang luhur."
"Wahai anakku berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang yang kedekut. Sebab dia akan menjauhkan anda dari sesuatu yang anda perlukan. Berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang derhaka. Sebab ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah. Berhati-hatilah bila anda berkawan dengan orang yang pembohong. Sebab ia ibarat fatamorgana, yang jauh didekatkan dan yang dekat dijauhkan darimu....
"Pemuda dan pemudiku semoga wasiat tersebut akan menjadi pedoman kepada kita semua dalam meneruskan kehidupan yang masih berbaki setelah meninggalkan Ramadhan yang penuh kenangan manis, semoga kita diberi kesempatan untuk bertemunya sekali lagi pada tahun hadapan, Insya Allah..... Ameen.
40 Wasiat Saidina Ali Karamahu Watjahah
"Berikut adalah 40 nasihat Saiyidina Ali .a sebagaimana yang terdapatdi dalam kitab Nahjul Balagh dan Al-Bayan Wattabyeen .a.
1. Pendapat seorang tua adalah lebih baik daripada tenaga seorang muda
2.Menyokong kesalahan adalah menindas kebenaran
3.Kebesaran seseorang itu bergantung dengan qalbunya yang mana adalah sekeping daging
4.Mereka yang bersifat pertengahan dalam semua hal tidak akan menjadi miskin
5.Jagailah ibubapa kamu,nescaya anak2mu akan menjagai kamu
6.Bakhil terhadap apa yang ditangan adalah tidak mempunyai kepecayaan terhadap Allah
7.Kekayaan seorang bakhil akan turun kepada ahli warisnya atau ke angin.Tidak ada yang terpencil dari seorang yang bakhil
8.Seorang arif adalah lebih baik daripada arif. Seorang jahat adalah lebih jahat daripada kejahatan
9.Ilmu adalah lebih baik daripada kekayaan kerana kekayaan harus dijagai ,sedangkan ilmu menjaga kamu
10.Jagalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat dan angkatkan kesusahan mu dengan mendirikan sembahyang
11. Sifat menahan kemarahan adalah lebih mulia daripada membalas dendam
12.Mengajar adalah belajar
13.Berkhairatlah mengikut kemampuan mu dan janganlah kamu jadikan keluargamu hina dan miskin
14.Insan terbahagi kepada 3 :
i) mereka yang mengenal Allah
ii) mereka yang mencari kebenaran
iii) mereka yang tidak berpengetahuan dan tidak mencari kebenaran.Golongan yang terakhir inilah yang paling rendah dan tak baik sekali dan mereka akan ikut sebarang ketua dengan buta seperti kambing
15.Insan tak akan melihat kesalahan seorang yang bersifat tawadhu' dan lemah
16.Janganlah kamu takut kepada sesiapa melainkan dosamu terhadap Allah
17.Mereka yang mencari kesilapan dirinya sendiri adalah selamat dari mencari kesilapan orang lain
18.Harga diri seseorang itu adalah berdasarkan apa yang ia lakukan untuk memperbaiki dirinya
19.Manusia sebenarnya sedang tidur tetapi akan bangun bila ia mati
20.Jika kamu mempunyai sepenuh keyakinan akan Al-Haq dan kebenaran,nescaya keyakinanmu tetap tidak akan berubah walaupun terbuka rahsia2 kebenaran itu.
21.Allah merahmati mereka yang kenal akan dirinya dan tidak melampaui batas
22.Sifat seseorang tersembunyi disebalik lidahnya
23.Seorang yang membantu adalah sayapnya seorang yang meminta
24.Insan tidur di atas kematian anaknya tetapi tidak tidur di atas kehilangan hartanya
25.Barangsiapa yang mencari apa yang tidak mengenainya nescaya hilang apa yang mengenainya
26.Mereka yang mendengar orang yang mengumpat terdiri daripada golongan mereka yang mengumpat
27.Kegelisahan adalah lebih sukar dari kesabaran
28.Seorang yang hamba kepada syahwatnya adalah seorang yang lebih hina daripada seorang hamba kepada hamba
29.Orang yang dengki, marah kepada orang tidak berdosa
30.Putus harapan adalah satu kebebasan , mengharap (kepada manusia) adalah suatu kehambaan
31.Sangkaan seorang yang berakal adalah suatu ramalan
32.Seorang akan mendapat tauladan di atas apa yang dilihat
33.Taat kepada perempuan(selain ibu) adalah kejahilan yang paling besar
34.Kejahatan itu mengumpulkan kecelaan yang memalukan
35.Jika berharta, berniagalah dengan Allah dengan bersedekah
36.Janganlah kamu lihat siapa yang berkata tetapi lihat apa yang dikatakannya
37.Tidak ada percintaan dengan sifat yang berpura2
38.Tidak ada pakaian yang lebih indah daripada keselamatan
39.Kebiasaan lisan adalah apa yang telah dibiasakannya
40.Jika kamu telah menguasai musuhmu, maafkanlah mereka, kerana perbuatan itu adalah syukur kepada kejayaan yang telah kamu perolehi.
1. Pendapat seorang tua adalah lebih baik daripada tenaga seorang muda
2.Menyokong kesalahan adalah menindas kebenaran
3.Kebesaran seseorang itu bergantung dengan qalbunya yang mana adalah sekeping daging
4.Mereka yang bersifat pertengahan dalam semua hal tidak akan menjadi miskin
5.Jagailah ibubapa kamu,nescaya anak2mu akan menjagai kamu
6.Bakhil terhadap apa yang ditangan adalah tidak mempunyai kepecayaan terhadap Allah
7.Kekayaan seorang bakhil akan turun kepada ahli warisnya atau ke angin.Tidak ada yang terpencil dari seorang yang bakhil
8.Seorang arif adalah lebih baik daripada arif. Seorang jahat adalah lebih jahat daripada kejahatan
9.Ilmu adalah lebih baik daripada kekayaan kerana kekayaan harus dijagai ,sedangkan ilmu menjaga kamu
10.Jagalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat dan angkatkan kesusahan mu dengan mendirikan sembahyang
11. Sifat menahan kemarahan adalah lebih mulia daripada membalas dendam
12.Mengajar adalah belajar
13.Berkhairatlah mengikut kemampuan mu dan janganlah kamu jadikan keluargamu hina dan miskin
14.Insan terbahagi kepada 3 :
i) mereka yang mengenal Allah
ii) mereka yang mencari kebenaran
iii) mereka yang tidak berpengetahuan dan tidak mencari kebenaran.Golongan yang terakhir inilah yang paling rendah dan tak baik sekali dan mereka akan ikut sebarang ketua dengan buta seperti kambing
15.Insan tak akan melihat kesalahan seorang yang bersifat tawadhu' dan lemah
16.Janganlah kamu takut kepada sesiapa melainkan dosamu terhadap Allah
17.Mereka yang mencari kesilapan dirinya sendiri adalah selamat dari mencari kesilapan orang lain
18.Harga diri seseorang itu adalah berdasarkan apa yang ia lakukan untuk memperbaiki dirinya
19.Manusia sebenarnya sedang tidur tetapi akan bangun bila ia mati
20.Jika kamu mempunyai sepenuh keyakinan akan Al-Haq dan kebenaran,nescaya keyakinanmu tetap tidak akan berubah walaupun terbuka rahsia2 kebenaran itu.
21.Allah merahmati mereka yang kenal akan dirinya dan tidak melampaui batas
22.Sifat seseorang tersembunyi disebalik lidahnya
23.Seorang yang membantu adalah sayapnya seorang yang meminta
24.Insan tidur di atas kematian anaknya tetapi tidak tidur di atas kehilangan hartanya
25.Barangsiapa yang mencari apa yang tidak mengenainya nescaya hilang apa yang mengenainya
26.Mereka yang mendengar orang yang mengumpat terdiri daripada golongan mereka yang mengumpat
27.Kegelisahan adalah lebih sukar dari kesabaran
28.Seorang yang hamba kepada syahwatnya adalah seorang yang lebih hina daripada seorang hamba kepada hamba
29.Orang yang dengki, marah kepada orang tidak berdosa
30.Putus harapan adalah satu kebebasan , mengharap (kepada manusia) adalah suatu kehambaan
31.Sangkaan seorang yang berakal adalah suatu ramalan
32.Seorang akan mendapat tauladan di atas apa yang dilihat
33.Taat kepada perempuan(selain ibu) adalah kejahilan yang paling besar
34.Kejahatan itu mengumpulkan kecelaan yang memalukan
35.Jika berharta, berniagalah dengan Allah dengan bersedekah
36.Janganlah kamu lihat siapa yang berkata tetapi lihat apa yang dikatakannya
37.Tidak ada percintaan dengan sifat yang berpura2
38.Tidak ada pakaian yang lebih indah daripada keselamatan
39.Kebiasaan lisan adalah apa yang telah dibiasakannya
40.Jika kamu telah menguasai musuhmu, maafkanlah mereka, kerana perbuatan itu adalah syukur kepada kejayaan yang telah kamu perolehi.
Pesan Wasiat Rasulullah Saw Kepada Sayyidina Ali Bin Abu Thalib R.a
Inilah Pesanan dan Wasiat Baginda Nabi Muhammad Saw kepada Sayyidina Ali bin Abu Thalib R.A. Wasiat yang sangat menarik dan boleh dijadikan bahan renungan bersama,Adalah wasiatnya kepada menantu Baginda Nabi Muhammad Saw yaitu Sayyidina Ali bin Abu Thalib R.a. Sungguh wasiat itu khusus kepada Ali, namun kita sebagai Muslim, perlu menjadikannya sebagai i’tibar sehingga menjadikannya amalan.
“Wahai Ali, bagi orang mukmin ada tiga tanda yaitu:
1. Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia;
2. Tidak terpesona dengan bujuk rayu;
3. Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia.“Wahai Ali, bagi orang alim itu ada tiga tanda yaitu:
1. Jujur dalam berkata-kata;
2. Menjauhi segala yang haram;
3. Merendah diri.“Wahai Ali, bagi orang yang jujur ada tiga tanda yaitu:
1. Merahasiakan ibadahnya;
2. Merahasiakan sedekahnya;
3. Merahasiakan ujian yang menimpanya;Wahai Ali, bagi orang yang takwa itu ada tiga tanda yaitu:
1. Takut berlaku dusta dan keji.
2. Menjauhi kejahatan.
3. Memohon yang halal karena takut jatuh dalam keharaman.Wahai Ali, bagi ahli ibadah itu ada tiga tanda yaitu:
1. Mengawasi dirinya.
2. Menghisab dirinya.
3. Memperbanyakkan ibadah kepada Allah.
Selanjutnya…”Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Ali berkata: “Pada hari perkawinan dengan Fatimah Az-Zahra R.ha, Rasulullah Saw bersabda kepadaku, mengutarakan 13 wasiat khusus untukku yaitu:
“Wahai Ali, takutilah engkau daripada memasuki” tempat mandi (Hammam) tanpa memakai kain separas pinggang. Bahwasanya barang siapa memasuki tempat mandi tanpa kain separas pinggang, maka dia mendapat laknat (Mal’un).
“Wahai Ali, janganlah engkau ‘memakai cincin pada jari telunjuk dan tengah’. Sesungguhnya itu adalah apa yang dilakukan oleh kaum Luth.
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah Swt mengagumi hamba-Nya yang melafadzkan istighfar: “Rabighfirli fainnahu la yaghfirul-zunuba illa Anta” (Tuhanku, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Engkau).
Allah Swt lalu berfirman: “Hai malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-Ku ini mengetahui bahwasanya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Aku. Hai malaikat-Ku: Jadilah saksi, bahwasanya aku telah mengampuni dia.”
“Wahai Ali, takutlah engkau dari berdusta. Bahwasanya berdusta itu menghitamkan muka dan disuratkan oleh Allah Swt sebagai Kazzab (pendusta). Dan, bahwasanya benar itu memutihkan muka dan disuratkan oleh Allah Swt sebagai Sadiq.
Ketahuilah engkau, Wasiat Rasulullah kepada Sayyidina Ali bahwasanya Sidq (benar) itu berkat dan Kizb (dusta) itu celaka.
“Wahai Ali, peliharalah diri engkau daripada mengumpat dan mengadu-domba.Bahwasanya orang berbuat demikian itu diwajibkan ke atasnya seksaan kubur dan menjadi penghalang kepadanya di pintu syurga.
“Wahai Ali, janganlah engkau bersumpah dengan nama Allah, serta ada dusta atau benar, kecuali dalam keadaan darurat, dan janganlah menjadikan Allah Swt sebagai permainan untuk sumpah bagimu. Sesungguhnya Allah Swt tidak mensucikan dan juga tidak mengasihani orang yang bersumpah dusta atas nama-Nya.
”Wahai Ali, janganlah engkau mencita-citakan rezeki untuk hari esok. Bahwasanya Allah Swt mendatangkan rezeki untukmu setiap hari.
“Wahai Ali, takutlah engkau dari berbantah-bantah dan berkelahi dengan Makihamun dan sumpah-serapah. Bahwasanya perbuatan itu pada awalnya jahil yang pada akhirnya hanya menimbulkan penyesalan.
“Wahai Ali, senantiasalah engkau bersugi dan mencungkil gigi. Bahwasanya bersugi itu menyucikan mulut, mencerahkan mata dan diridhai Allah. Mencungkil gigi itu dikasihi malaikat karena malaikat sangat tidak senang dengan bau mulut dari sisa-sisa makanan pada celah gigi yang tidak dicungkil selepas makan.
“Wahai Ali, janganlah engkau melayani rasa marah. Apabila timbul rasa marah, duduklah engkau dan fikirkanlah mengenai kekuasaan serta kesabaran Allah atas hamba-Nya. Pertahankan dirimu dari dikuasai amarah, dan kembalilah engkau pada kesabaran.
“Wahai Ali, perhitungkan (Tahassub) segala karunia Allah yang telah engkau nafkahkan untuk dirimu dan keluargamu, niscaya engkau peroleh peruntukan dari Allah.
“Wahai Ali, apa yang engkau benci pada dirimu, maka engkau bencikan juga pada diri saudaramu dan apa yang engkau kasih pada dirimu maka engkau kasihkan juga pada diri saudaramu, yakni engkau hendaklah berlaku adil dalam memberi hukuman. Maka dengan demikian , engkau dikasihi seluruh isi langit dan bumi.
“Wahai Ali, perbaikilah perhubungan antar penduduk sekampung dan antara ahli rumah engkau. Hiduplah dengan mereka sekalian dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan, niscaya disuratkan derajad yang tinggi bagi engkau.”
Wahai Ali, peliharalah pesannku (wasiatku). Engkau akan peroleh kemenangan dan kelepasan. Insya-Allah.”
“Wahai Ali, bagi orang mukmin ada tiga tanda yaitu:
1. Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia;
2. Tidak terpesona dengan bujuk rayu;
3. Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia.“Wahai Ali, bagi orang alim itu ada tiga tanda yaitu:
1. Jujur dalam berkata-kata;
2. Menjauhi segala yang haram;
3. Merendah diri.“Wahai Ali, bagi orang yang jujur ada tiga tanda yaitu:
1. Merahasiakan ibadahnya;
2. Merahasiakan sedekahnya;
3. Merahasiakan ujian yang menimpanya;Wahai Ali, bagi orang yang takwa itu ada tiga tanda yaitu:
1. Takut berlaku dusta dan keji.
2. Menjauhi kejahatan.
3. Memohon yang halal karena takut jatuh dalam keharaman.Wahai Ali, bagi ahli ibadah itu ada tiga tanda yaitu:
1. Mengawasi dirinya.
2. Menghisab dirinya.
3. Memperbanyakkan ibadah kepada Allah.
Selanjutnya…”Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Ali berkata: “Pada hari perkawinan dengan Fatimah Az-Zahra R.ha, Rasulullah Saw bersabda kepadaku, mengutarakan 13 wasiat khusus untukku yaitu:
“Wahai Ali, takutilah engkau daripada memasuki” tempat mandi (Hammam) tanpa memakai kain separas pinggang. Bahwasanya barang siapa memasuki tempat mandi tanpa kain separas pinggang, maka dia mendapat laknat (Mal’un).
“Wahai Ali, janganlah engkau ‘memakai cincin pada jari telunjuk dan tengah’. Sesungguhnya itu adalah apa yang dilakukan oleh kaum Luth.
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah Swt mengagumi hamba-Nya yang melafadzkan istighfar: “Rabighfirli fainnahu la yaghfirul-zunuba illa Anta” (Tuhanku, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Engkau).
Allah Swt lalu berfirman: “Hai malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-Ku ini mengetahui bahwasanya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Aku. Hai malaikat-Ku: Jadilah saksi, bahwasanya aku telah mengampuni dia.”
“Wahai Ali, takutlah engkau dari berdusta. Bahwasanya berdusta itu menghitamkan muka dan disuratkan oleh Allah Swt sebagai Kazzab (pendusta). Dan, bahwasanya benar itu memutihkan muka dan disuratkan oleh Allah Swt sebagai Sadiq.
Ketahuilah engkau, Wasiat Rasulullah kepada Sayyidina Ali bahwasanya Sidq (benar) itu berkat dan Kizb (dusta) itu celaka.
“Wahai Ali, peliharalah diri engkau daripada mengumpat dan mengadu-domba.Bahwasanya orang berbuat demikian itu diwajibkan ke atasnya seksaan kubur dan menjadi penghalang kepadanya di pintu syurga.
“Wahai Ali, janganlah engkau bersumpah dengan nama Allah, serta ada dusta atau benar, kecuali dalam keadaan darurat, dan janganlah menjadikan Allah Swt sebagai permainan untuk sumpah bagimu. Sesungguhnya Allah Swt tidak mensucikan dan juga tidak mengasihani orang yang bersumpah dusta atas nama-Nya.
”Wahai Ali, janganlah engkau mencita-citakan rezeki untuk hari esok. Bahwasanya Allah Swt mendatangkan rezeki untukmu setiap hari.
“Wahai Ali, takutlah engkau dari berbantah-bantah dan berkelahi dengan Makihamun dan sumpah-serapah. Bahwasanya perbuatan itu pada awalnya jahil yang pada akhirnya hanya menimbulkan penyesalan.
“Wahai Ali, senantiasalah engkau bersugi dan mencungkil gigi. Bahwasanya bersugi itu menyucikan mulut, mencerahkan mata dan diridhai Allah. Mencungkil gigi itu dikasihi malaikat karena malaikat sangat tidak senang dengan bau mulut dari sisa-sisa makanan pada celah gigi yang tidak dicungkil selepas makan.
“Wahai Ali, janganlah engkau melayani rasa marah. Apabila timbul rasa marah, duduklah engkau dan fikirkanlah mengenai kekuasaan serta kesabaran Allah atas hamba-Nya. Pertahankan dirimu dari dikuasai amarah, dan kembalilah engkau pada kesabaran.
“Wahai Ali, perhitungkan (Tahassub) segala karunia Allah yang telah engkau nafkahkan untuk dirimu dan keluargamu, niscaya engkau peroleh peruntukan dari Allah.
“Wahai Ali, apa yang engkau benci pada dirimu, maka engkau bencikan juga pada diri saudaramu dan apa yang engkau kasih pada dirimu maka engkau kasihkan juga pada diri saudaramu, yakni engkau hendaklah berlaku adil dalam memberi hukuman. Maka dengan demikian , engkau dikasihi seluruh isi langit dan bumi.
“Wahai Ali, perbaikilah perhubungan antar penduduk sekampung dan antara ahli rumah engkau. Hiduplah dengan mereka sekalian dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan, niscaya disuratkan derajad yang tinggi bagi engkau.”
Wahai Ali, peliharalah pesannku (wasiatku). Engkau akan peroleh kemenangan dan kelepasan. Insya-Allah.”
Kejujuran Seorang Yang Menemukan Barang Bukan Miliknya
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi’ bin Muhammad al-Bazar berkata, “Ketika itu aku tinggal di samping kota Makkah- sebuah kota yang semoga selalu dalam penjagaan Allah subhanahu wata’ala-. Suatu hari aku sangat lapar, sementara aku tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal rasa laparku.
Tanpa aku duga aku menemukan sebuah bungkusan berbalut kain sutra diikat kaos kaki dari kain sutra pula. Maka tanpa pikir panjang bungkusan itu aku pungut lalu aku bawa ke rumah dan kubuka. Ternyata berisi seuntai kalung mutiara yang seumur hidup aku belum pernah melihatnya. Setelah itu, aku keluar rumah. Aku mendengar seorang kakek sedang mencari sebuah bungkusan yang hilang. Dia menjajikan hadiah sebesar 500 dinar. Kakek itu berkata, ‘Barangsiapa menemukan bungkusan berisi kalung mutiara, maka uang 500 dinar ini akan aku berikan sebagai imbalan kepada penemunya.’
Aku berkata pada diriku sendiri, ‘Aku sangat butuh, aku sangat lapar, aku bisa mengambil kalung ini dan memanfaatkannya.’ Tapi aku akan mengembalikannya. Aku berkata pada kakek itu, ‘Marilah kita ke rumah.’ Aku pun membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, sang kakek menyebutkan ciri-ciri bungkusan yang hilang, diikat kaos kaki, jenis mutiara, jumlah dan benang yang digunakan untuk mengikat mutiara tersebut.
Kemudian aku serahkan bungkusan tadi kepada kakek tersebut. Diapun memberikan kepadaku 500 dinar sebagai imbalan. Namun aku menolak, aku berkata, ‘Sudah menjadi kewajibanku untuk mengembalikan temuan ini kepada pemiliknya dengan tanpa mengambil upah.’
Sang kakek berkata, ‘Kamu harus menerima uang ini.’ Dia terus menerus memaksaku untuk mengambil upah tersebut. Aku tidak mau menerimanya lalu dia pergi meninggalkan aku.
Adapun cerita mengenai diriku selanjutnya bahwasanya aku lalu meninggalkan Makkah dengan menumpang sebuah perahu. Tanpa aku duga perahu tersebut oleng. Orang-orang pun bercerai-berai berikut seluruh hartanya. Namun aku selamat dari musibah ini berpegangan salah satu papan perahu tersebut. Beberapa hari aku berada di tengah lautan tanpa arah. Tiba-tiba aku terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku menuju masjid untuk membaca al-Qur’an. Di kampung itu tidak ada seorang pun yang bisa membaca al-Qur’an. Kemudian mereka mendatangiku untuk meminta mengajari mereka membaca al-Qur’an. Dari taklimku ini aku bisa mengumpulkan sejumlah uang.
Suatu hari, aku menemukan beberapa lembar al-Qur’an di dalam masjid. Lembaran itu aku pungut. Orang-orangpun bertanya, ‘Apakah kamu bisa menulis?’ Aku jawab, ‘Ya’. Kemudian mereka memintaku untuk mengajari tulis menulis termasuk pada anak-anak dan remaja mereka.
Sejak itu aku mengajari mereka, akupun bisa mengumpulkan sejumlah uang. Suatu hari masyarakat kampung ini berkata kepadaku, ‘Kami mempunyai seorang gadis yatim sangat kaya, bagaimana jika kamu menyuntingnya?’ Aku menolak tawaran mereka. Mereka tetap memaksaku untuk menikahi gadis tersebut. Akhirnya aku terima tawaran mereka.
Setelah diadakan walimah dan isteriku ada di hadapanku, aku mendapati kalung yang dulu pernah kulihat, melingkar di lehernya. Mataku tak berkedip melihat kalung tersebut.
Orang-orang yang melihatku mengajukan protes, ‘Wahai ustadz, engkau telah menghancurkan hati gadis yatim ini, sebab engkau hanya menatap kalungnya bukan wajahnya!.’
Lalu aku ceritakan kisah kalung tersebut, orang-orang pun meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh seluruh penduduk pulau tersebut.
Aku menanyakan kepada mereka, ‘Ada apa?’Mereka menjawab, ‘Kakek yang mengambil kalung darimu itu adalah ayah gadis ini. Kala itu kakek tersebut berkata, ‘Seumur hidupku, aku tidak pernah bertemu dengan seorang pemuda muslim yang baik seperti dia!’ Sang kakek hanya mampu memanjatkan do’a, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan pemuda itu agar aku dapat menikahkannya dengan anak gadisku.’ Sekarang do’a itu telah dikabulkan Allah.
Selanjutnya, aku tinggal bersama isteriku beberapa tahun, aku dikaruniai dua anak laki-laki. Kemudian isteriku meninggal dunia dia mewariskan kalung tersebut untukku dan untuk kedua anakku. Tanpa aku duga, dua anak laki-lakiku pun meninggal dunia. Maka tinggalah aku sebatang kara dan menjadi pemilik kalung isteriku. Kemudian kalung tersebut aku jual dengan harga 100 ribu dinar. Hartaku yang bisa kalian lihat sekarang ini adalah sisa-sisa harta itu.”
Tanpa aku duga aku menemukan sebuah bungkusan berbalut kain sutra diikat kaos kaki dari kain sutra pula. Maka tanpa pikir panjang bungkusan itu aku pungut lalu aku bawa ke rumah dan kubuka. Ternyata berisi seuntai kalung mutiara yang seumur hidup aku belum pernah melihatnya. Setelah itu, aku keluar rumah. Aku mendengar seorang kakek sedang mencari sebuah bungkusan yang hilang. Dia menjajikan hadiah sebesar 500 dinar. Kakek itu berkata, ‘Barangsiapa menemukan bungkusan berisi kalung mutiara, maka uang 500 dinar ini akan aku berikan sebagai imbalan kepada penemunya.’
Aku berkata pada diriku sendiri, ‘Aku sangat butuh, aku sangat lapar, aku bisa mengambil kalung ini dan memanfaatkannya.’ Tapi aku akan mengembalikannya. Aku berkata pada kakek itu, ‘Marilah kita ke rumah.’ Aku pun membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, sang kakek menyebutkan ciri-ciri bungkusan yang hilang, diikat kaos kaki, jenis mutiara, jumlah dan benang yang digunakan untuk mengikat mutiara tersebut.
Kemudian aku serahkan bungkusan tadi kepada kakek tersebut. Diapun memberikan kepadaku 500 dinar sebagai imbalan. Namun aku menolak, aku berkata, ‘Sudah menjadi kewajibanku untuk mengembalikan temuan ini kepada pemiliknya dengan tanpa mengambil upah.’
Sang kakek berkata, ‘Kamu harus menerima uang ini.’ Dia terus menerus memaksaku untuk mengambil upah tersebut. Aku tidak mau menerimanya lalu dia pergi meninggalkan aku.
Adapun cerita mengenai diriku selanjutnya bahwasanya aku lalu meninggalkan Makkah dengan menumpang sebuah perahu. Tanpa aku duga perahu tersebut oleng. Orang-orang pun bercerai-berai berikut seluruh hartanya. Namun aku selamat dari musibah ini berpegangan salah satu papan perahu tersebut. Beberapa hari aku berada di tengah lautan tanpa arah. Tiba-tiba aku terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku menuju masjid untuk membaca al-Qur’an. Di kampung itu tidak ada seorang pun yang bisa membaca al-Qur’an. Kemudian mereka mendatangiku untuk meminta mengajari mereka membaca al-Qur’an. Dari taklimku ini aku bisa mengumpulkan sejumlah uang.
Suatu hari, aku menemukan beberapa lembar al-Qur’an di dalam masjid. Lembaran itu aku pungut. Orang-orangpun bertanya, ‘Apakah kamu bisa menulis?’ Aku jawab, ‘Ya’. Kemudian mereka memintaku untuk mengajari tulis menulis termasuk pada anak-anak dan remaja mereka.
Sejak itu aku mengajari mereka, akupun bisa mengumpulkan sejumlah uang. Suatu hari masyarakat kampung ini berkata kepadaku, ‘Kami mempunyai seorang gadis yatim sangat kaya, bagaimana jika kamu menyuntingnya?’ Aku menolak tawaran mereka. Mereka tetap memaksaku untuk menikahi gadis tersebut. Akhirnya aku terima tawaran mereka.
Setelah diadakan walimah dan isteriku ada di hadapanku, aku mendapati kalung yang dulu pernah kulihat, melingkar di lehernya. Mataku tak berkedip melihat kalung tersebut.
Orang-orang yang melihatku mengajukan protes, ‘Wahai ustadz, engkau telah menghancurkan hati gadis yatim ini, sebab engkau hanya menatap kalungnya bukan wajahnya!.’
Lalu aku ceritakan kisah kalung tersebut, orang-orang pun meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh seluruh penduduk pulau tersebut.
Aku menanyakan kepada mereka, ‘Ada apa?’Mereka menjawab, ‘Kakek yang mengambil kalung darimu itu adalah ayah gadis ini. Kala itu kakek tersebut berkata, ‘Seumur hidupku, aku tidak pernah bertemu dengan seorang pemuda muslim yang baik seperti dia!’ Sang kakek hanya mampu memanjatkan do’a, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan pemuda itu agar aku dapat menikahkannya dengan anak gadisku.’ Sekarang do’a itu telah dikabulkan Allah.
Selanjutnya, aku tinggal bersama isteriku beberapa tahun, aku dikaruniai dua anak laki-laki. Kemudian isteriku meninggal dunia dia mewariskan kalung tersebut untukku dan untuk kedua anakku. Tanpa aku duga, dua anak laki-lakiku pun meninggal dunia. Maka tinggalah aku sebatang kara dan menjadi pemilik kalung isteriku. Kemudian kalung tersebut aku jual dengan harga 100 ribu dinar. Hartaku yang bisa kalian lihat sekarang ini adalah sisa-sisa harta itu.”
Cara Rasulullah SAW Mengajarkan Kesabaran
Rasulullah SAW diturunkan Allah ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sedemikian pentingnya akhlak hingga membuat Rasul selama bertahun-tahun mendidik para sahabatnya dalam menyikapi hidup yang penuh dengan kesabaran. Kita semua tahu kalau bangsa Arab pada masa itu adalah bangsa yang memiliki akhlak yang tidak terpuji. Bayangkan, mereka kerap mabuk hingga jalan-jalan di kota Mekah dipenuhi dengan tumpahan arak. Kemudian mereka kerap membunuh bayi perempuan yang lahir dari rahim istri-istri mereka. Naudzubillah min zalik. Sebuah akhlak yang di Indonesia saja hampir jarang terjadi, akan tetapi di sana sudah menjadi kebiasaan yang dibiarkan.
Termasuk di dalamnya ketika Rasulullah mengajari para sahabat untuk bersifat sabar dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Salah satu kisah tentang kesabaran yang cukup masyhur pernah disuguhkan oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. ketika itu.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shidiq r.a.. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”
Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, ku lihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah.”
Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. Setelah itu menangislah Abu Bakar ketika diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang terselubung.
Semoga cerita Rasulullah SAW dan Abu Bakar as-Shiddiq di atas di atas bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam menyikap sabar hingga kita mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Meskipun di tengah kerasnya kehidupan ibukota, namun bukan sesuatu yang mustahil menjalankan sunnah kesabaran dari Rasul SAW. Bahkan, kita akan mendapat ganjaran pahala yang besar bila kita mengamalkan sunnah di tengah sangat jarangnya orang menerapkan ajaran Rasulullah SAW tersebut.
Wallahu’alam bisshawab..
Termasuk di dalamnya ketika Rasulullah mengajari para sahabat untuk bersifat sabar dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Salah satu kisah tentang kesabaran yang cukup masyhur pernah disuguhkan oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. ketika itu.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shidiq r.a.. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!”
Rasulullah menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, ku lihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah.”
Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. Setelah itu menangislah Abu Bakar ketika diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang terselubung.
Semoga cerita Rasulullah SAW dan Abu Bakar as-Shiddiq di atas di atas bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam menyikap sabar hingga kita mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Meskipun di tengah kerasnya kehidupan ibukota, namun bukan sesuatu yang mustahil menjalankan sunnah kesabaran dari Rasul SAW. Bahkan, kita akan mendapat ganjaran pahala yang besar bila kita mengamalkan sunnah di tengah sangat jarangnya orang menerapkan ajaran Rasulullah SAW tersebut.
Wallahu’alam bisshawab..
Subscribe to:
Posts (Atom)